ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. K DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA TAK TERINCI (F.20.3)
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA GANGGUAN PROSES PIKIR WAHAM DI WISMA NAKULA RUMAH SAKIT JIWA GRASIA
Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa
Disusun Oleh:
Diana Anjar Sari
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara potimal, sejauh
perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu
lain.
Sementara
itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang
bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan
dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas
(tidak mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko
kematian, kesakitan, dan distabilitas. Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham
atau delusi.
Waham merupakan
salah satu tanda dan gejala gangguan jiwa. Waham terjadi karena munculnya
perasaan terancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari ancaman dari persepsi diri
atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap kejadian, kemudian
individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga
perasaan,pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat diterima menjadi bagian
eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi pembenaran personal tentang
realita pada diri sendiri atau orang lain (Purba, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar waham ?
2. Bagaimana askep pada klien waham?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar waham
2. Mengetahui askep pada klien waham
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang
berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien.
Manifestasi klinik waham
yaitu berupa : klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya ) berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai kenyataan, klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga,
bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat
waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang,
mudah tersinggung.
B.
Penyebab
a.
Faktor Predisposisi
1)
Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan
gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi
intelektual dan emosi tidak efektif
2)
Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
3)
Biologis
Pola keterlibatan keluarga relatif kuat yang muncul dikaitkan dengan delusi
tau waham. Dimana individu dari anggota keluarga yang dimanifestasikan dengan
gangguan ini berada pada resiko lebih tinggi untuk mengalaminya dibandingkan
dengan populasi umum. Studi pada manusia kembar juga menunjukkan bahwa ada
keterlibatan faktor genetik.
4) Psikososial
a) Sistem Keluarga
Dikemukakan oleh Bowen (2008) dimana perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi
anak.Beberapa ahli teori menyakini bahwa individu paranoid memiliki orang tua
yang dingin, perfeksionis, sering menimbulkan kemarahan, perasaan mementingkan
diri sendiri yang berlebihan dan tidak percaya pada individu
b)
Teori Interpersonal
Orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan suatu hubungan orang
tua-anak yang penuh dengan ansietas tinggi (Sullivan, 2003).
c) Psikodinamika
Perkembangan emosi terhambat karena kurangnya rangsangan atau perhatian
ibu, dengan ini seorang bayi mengalami penyimpangan rasa aman dan gagal untuk
membangun rasa percayanya.Proyeksi merupakan mekanisme koping paling umum yang
digunakan sebagai pertahanan melawan perasaan
b. Faktor Presipitasi
1) Faktor sosial budaya
Waham yang dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor biokimia
Dopamin, norepineprin dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
3) Faktor psikodinamis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang
menyenangkan.
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan
konsep diri : harga diri rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan
perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri
dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
C.
Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami
kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight
of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan
kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
D.
Proses Terjadinya Masalah/ Keluhan
Menurut Yosep (2009), proses
terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1.
Fase Lack of Human Need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara
sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self
ideal sangat tinggi.
2.
Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya.
3.
Fase Control Internal External
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi
hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang
lain.
4.
Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari
sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5.
Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari
lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi
sosial (isolasi sosial).
6.
Fase Improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
E.
Klasifikasi Waham
a. Waham agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, “ Tuhan telah menunjuk saya
menjadi wali, saya harus terus menerus memakai pakaian putih setiap hari agar
masuk surga”.
b. Waham kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau kekuasaan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, “ Saya
ini titisan Bung Karno, punya banyak perusahaan, punya rumah di berbagai negara
dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit”.
c. Waham curiga
Waham curiga yaitu klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang mengancam dirinya, merugikan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh, “Banyak polisi mengintai saya, tetangga ssaya ingin
menghancurkan hidup saya, suster akan meracuni makanan saya”.
d. Waham nihilistic
Waham nihilistik yaitu klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atau sudah meninggal dunia, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, “ Saya sudah menghilang dari
dunia ini, semua yang ada disini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak
ada di dunia ini”.
e. Waham somatik
Waham somatik yaitu meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya
terganggu, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh, “ Sumsum tulang belakang saya kosong, saya pasti terserang kanker,
dalam tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya
menghilang”.
f. Waham Kejar.
Klien yakin bahwa ada orang yang sedang mengganggunya, menipunya,
memata-matai atau menjelekkan dirinya.
g. Waham sisip pikir
Waham sisip pikir yaitu klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan atau dimasukan kedalam pikiranya.
h. Waham siar pikir
Waham siar yaitu klien yakin bahwa orang lain megetahui isi pikiranya, padahal dia tidak pernah menyatakan pikiranya kepada orang tersebut.
i.
Waham kontrol pikir
Waham kontrol pikir yaitu klien yakin bahwa pikiranya dikontrol oleh
kekuatan dari luar.
F.
Tanda dan Gejala
Menurut Direja (2011), kondisi klien
yang mengalami waham adalah:
1)
Status mental
a)
Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat
normal, kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b)
Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
c)
Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga.
d)
Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
e)
Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan.
f)
Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/
menetap, kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
2)
Sensori dan kognisi
a)
Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang
memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat dan situasi.
b)
Daya ingat dan proses kognitif klien adalah intak (utuh).
c)
Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang
jelek.
d)
Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan
dirinya. Keputusan terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah
dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.
G.
Pohon Masalah
Menurut Stuart dan Sundeen :
H.
Masalah Keperawatan & Data Yang Perlu Dikaji
1.
Masalah
keperawatan : Perubahan
isi pikir : waham
2.
Pengkajian
a.
Faktor predisposisi
1)
Genetik
: diturunkan
2)
Neurobiologis
: adanya gangguan pada konteks pre frontal dan konteks limbic
3)
Neurotransmiter
: abnormalitas pada dopamin ,serotonin ,dan glutamat.
4)
Virus : paparan
virus influinsa pada trimester III
5)
Psikologi : bapak
pencemas ,terlalu melindungi ,ayah tidak peduli.
b.
Faktor
presipitasi
1)
Proses pengolahan
informasi yang berlebihan
2)
Mekanisme
penghantaran listrik yang abnormal
3)
Adanya gejala
pemicu
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien
dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:
a.
Identifikasi
klien
Perawat yang
merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama
klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik
pembicaraan.
b.
Keluhan utama /
alasan masuk
Tanyakan
pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit,
yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang
dicapai.
c.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Tanyakan
pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal. Dapat
dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya
gangguan:
1)
Psikologis
Keluarga,
pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
2)
Biologis
Gangguan
perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu
pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3)
Sosial Budaya
Seperti
kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan
yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
d.
Aspek fisik /
biologis
Mengukur
dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi
badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e.
Aspek
psikososial
Membuat
genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
1)
Konsep diri
a)
Citra tubuh:
mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak
disukai.
b)
Identitas diri:
status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c)
Peran: tugas
yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas tersebut.
d)
Ideal diri:
harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e)
Harga diri:
hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap
dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai
wujud harga diri rendah.
2)
Hubungan sosial
dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam
masyarakat.
3)
Spiritual,
mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f.
Status mental
Nilai
penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi
selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik
diri.
g.
Kebutuhan
persiapan pulang
1)
Kemampuan makan
klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2)
Klien mampu BAB
dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan
pakaian.
3)
Mandi klien
dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4)
Istirahat dan
tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
5)
Pantau
penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
h.
Masalah
psikososial dan lingkungan
Dari
data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
i.
Pengetahuan
Data
didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki
klien disimpulkan dalam masalah.
j.
Aspek medic
Terapi
yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor,
terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi
lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien
supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat.
I. Masalah Keperawatan
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Waham
3. Halusinasi
4. Defisit Perawatan Diri
J. Rencana Tindakan Keperawatan
No
|
Dx keperawatan
|
Perencanaan
|
|||
Tujuan
|
Kriteria evaluasi
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
1.
.
|
Gangguan proses pikir : waham
|
TUM : Klien dapat mengontrol wahamnya
TUK :
1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
|
1.
Setelah ....x interaksi klien :
|
1.
Bina hubungan saling percaya dengan klien :
|
Tindakan keperawatan akan mudah diterima pasien ketika hubungan
saling percaya sudah terjalin.
|
2.
Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang
dalam pikiran klien
|
2.
Setelah .... x interaksi klien :
Klien
menceritakan ide-ide dan perasaan yang muncul secara berulang dalam
pikirannya
|
2.
Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya
|
Kebutuhan tidak terpenuhi merupakan awal mula waham
|
||
3.
Klien dapat mengidentifikasi stress / pencetus wahamnya.
(Triggers Factor)
|
3.
Setelah ....x interaksi klien :
|
3.
Bantu klien untuk mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
serta kejadian yang menjadi faktor pencetus wahamnya
|
Dengan teridentifikasi waham klien, akan diketahui tindakan yang
harus dilakukan
|
||
4.
Klien dapat mengidentifikasi wahamnya
|
4.
Setelah ....x interaksi klien :
Menyebutkan
perbedaan pengalaman nyata dengan pengalaman wahamnya
|
4.
Bantu klien mengidentifikasi keyakinannya yang salah temntang
situasi yang nyata (bila klien sudah siap)
|
Dengan mengetahui wahamnya, klien dapat mencegah waham timbul
kembali
|
||
5.
Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnya
|
5.
Setelah ....x interaksi klien dapat menjelaskan gangguan fungsi hidup
sehari-hari yang diakibatkan ide-ide atau fikiran yang tidak sesuai kenyataan seperti:
|
5.1
Diskusikan dengan klien pengalaman-pengalaman yang tidak
menguntungkan sebagai akibat dari wahamnya seperti:
5.2
Ajak klien melihat bahwa waham tersebut adalah masalah yang membutuhkan
bantuan dari orang lain
5.3
Diskusikan dengan klien orang atau tempat ia minta bantuan
apabila wahamnya timbul
|
Konsekuensi waham merupakan akibat negatif adanya waham
|
||
6.
Klien dapat melakukan teknik distraksi sebagai cara menghentikan
pikiran yang terpusat pada wahamnya
|
6.
Setelah ....x pertemuan klien dapat melakuakan aktivitas yang
konstruktif sesuai dengan minatnya yang dapat mengalihkan fokus klien dari
wahamnya.
|
6.1
Diskusikan hobi atau aktivitas yang disukainya
6.2
Anjurkan klien memilih dan mekukan aktivitas yang membutuhkan
perhatian dan ketrampilan fisik
6.3
Ikutsertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan
perhatian sebagai pengisi waktu luang
Libatkan
klien dalam TAK orientasi realita
6.4
Bicarakan dengan klien topik-topik yang nyata
6.5
Beri penghargaan bagi setiap upaya klien yang positif
|
Dengan distraksi, diharapkan waham berkurang
|
||
7.
Klien mendapat dukungan keluarga
|
7.1
Setelah ....x interaksi keluarga dapat menjelaskan tentang:
7.2
Setelah .... x interaksi keluarga dapat mempraktekan cara merawat
klien waham
|
7.1
Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung
untuk mengatasi waham
7.2
Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi waham
7.3
Jelaskan pada keluarga tentang
7.4
Latih keluarga cara merawat waham
7.5
Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang dilatihkan
7.6
Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di
rumah sakit
|
Dikungan keluarga penting bagi kesembuhan klien
|
||
8.
Klien dapat menfaatkan obat dengan baik
|
8.1
Setelah .... x interaksi klien menyebutkan : manfaat minum obat,
kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis , efek samping obat
8.2
Setelah .... x interaksi
klien mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar
8.3
Setelah.... x interaksi klien menyebutkan akibat berhenti minum
obat tanpa konsultasi dokter
|
8.1
Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum
obat, nama warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping pengguanaan obat
8.2
Pantau klien saat penggunaan obat, beri pujian jika klien
menggunakan obat dengan benar
8.3
Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter dan anjurkan klien konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan
|
Dengan obat yang teratur, akan mengurangi timbulnya waham
|
||
2.
|
Resiko Perilaku Kekerasan
|
TUM: Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
TUK 1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya
TUK 2. Klien dapat
mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
TUK 3. Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya
TUK 4. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
TUK 5. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
mengungkapkan kemarahan
TUK 6. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
TUK 7. Klien mendapat dukungan keluarga untuk
mengontrol perilaku kekerasan
TUK 8 Pasien dapat menfaatkan obat dengan baik
|
1. Setelah x
interaksi Klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya: Menceritakan penyebab perasaan jengkel/kesal baik dari diri sendiri
maupun lingkungannya
2. Setelah x
interaksi Klien menceritakan keadaan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan.
c. Sosial : bermusuhan
3.
Setelah x interaksi Klien menjelaskan:
a. Jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukannya
b.
Perasaannya saat melakukan kekerasan
c.
Efektivitas cara yang dipakai dalam
menyelesaikan masalah
4. Setelah 3x interaksi Klien menjelaskan akibat tindak kekerasan
yang dilakukannya
a. Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dll
b. Orang lain/keluarga : luka, tersinggung, ketakutan, dll
c. Lingkungan : barang atau benda rusak dll
Setelah x interaksi Klien
dapat menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan marah
6. Setelah 3x
interaksi Klien memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan:
7. Setelah 2x interaksi Keluarga dapat:
a. Menjelaskan cara merawat klien dengan
perilaku kekerasan
b. Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
8.1
Setelah x interaksi
pasien menyebutkan : manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, nama,
warna, dosis , efek samping obat
8.2
Setelah x
interaksi pasien mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar
8.3
Setelah x interaksi
pasien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
|
1.
Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya:
a. Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya
b. Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan
klien
2. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya:
3. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama
ini:
4. Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan
pada:
5. Diskusikan dengan klien:
1) Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga.
2) Verbal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain.
3) Sosial: latihan asertif dengan orang lain.
4) Spiritual: sembahyang/doa, zikir, meditasi, dsb sesuai keyakinan agamanya
masing-masing
6. 1. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien
memilih cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan.
6.2. Latih klien memperagakan cara yang dipilih:
a.
Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah
dilatih saat marah/jengkel
7.1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien
untuk mengatasi perilaku kekerasan.
7.2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku
kekerasan
7.3. Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku
kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga.
7.4. Peragakan cara merawat klien (menangani PK )
7.5.Beri kesempatan keluarga untuk
memperagakan ulang
7.6. Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan
7.7. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan
8.1
Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak minum
obat, nama warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping pengguanaan obat
8.2
Pantau pasien saat penggunaan obat, beri pujian jika pasien
menggunakan obat dengan benar
8.3
Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter dan anjurkan pasien konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan
8.4
Pantau Ekstrapiramidal sindrom dalam penggunaan obat.
|
Dengan mengidentifikasi penyebab, klien dapat menghindari
sehingga tidak terjadi PK
Dengan mengetahui tanda PK, klien akan mengantisipasi
Dengan mengetahui jenis PK yang dilakukan, klien akan
menghindarinya
Dengan mengetahui akibat, klien akan menghindari PK
Dengan cara konstruktif, marah akan terkontrol tanpa
mengakibatkan dampak negatif
Dengan cara konstruktif, marah akan terkontrol tanpa
mengakibatkan dampak negatif
Dengan mendemonstrasikan akan menambah paham klien dan semakin
biasa menerapkan
Dukungan
keluarga penting bagi kesembuhan klien
Dengan obat yang teratur, akan mengurangi timbulnya waham
|
3.
|
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
|
TUM : pasien mampu berinteraksi dengan lingkungan
TUK :
Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
TUK II:
1. Pasien dapat
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3. Pasien dapat menetapkan perencanaan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
TUK III:
Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
|
1.
Setelah 3 x interaksi pasien :
2.
Setelah x interaksi
pasien :
1. dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki (aspek intelektual, aspek sosial budaya, aspek fisik dan aspek
emosional)
2. dapat menyebutkan kemampuan yang dapat digunakan
3. dapat membuat
rencana kegiatan harian
3.
Setelah x interaksi
Pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan dan dalam kondisi
sakit
|
1.
Bina hubungan saling percaya dengan pasien :
2.
Lakukan kegiatan pada pasien :
3.
Lakukan kegiatan pada pasien :
|
Hubungan saling percaya dasar hubungan terapetik
Aspek posistif meningkatkan kepercayaan diri yang dimiliki orleh
pasien
Evaluasi memberikan gambaran perkembangan program terapi
|
4.
|
Defisit perawatan diri
|
TUM: pasien dapat mandiri dalam perawatan diri
|
1. Dalam kali
interaksi, pasien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat, dengan
kriteria:
|
1. Bina hubungan saling percaya:
|
|
TUK:
1. Pasien dapat membina hubungan saling
percaya dengan perawat
|
|||||
2. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi
|
Selama dirawat, kebutuhan dasar pasien terpenuhi,
dengan kriteria badan pasien bersih dan tidak bau
|
2. Penuhi kebutuhan dasar pasien:
a. Motivasi pasien mandi, sikat gigi dan
keramas setiap hari
b. Motivasi pasien untuk berhias setiap
hari
|
|||
3. Pasien dapat mengenal tentang pentingnya
perawatan diri
|
Dalam kali interaksi, pasien dapat menyebutkan
|
3. Diskusikan dengan pasien:
|
|||
4. Pasien dapat mengetahui cara- cara
perawatan diri
|
1. Dalam kali interaksi, pasien menyebutkan frekuensi
menjaga perawatan diri: frekuensi mandi, gosok gigi, keramas, ganti pakaian,
berhias, gunting kuku.
2. Dalam kali interaksi pasien menjelaskan cara
perawatan diri: mandi, berpakaian, gosok gigi, keramas, berhias, gunting
kuku.
|
1. Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri
selama ini: mandi, gosok gigi, keramas, ganti pakaian, berhias, gunting kuku.
2. Diskusikan cara perawatan diri yang baik dan
benar: mandi, gosok gigi, keramas, ganti pakaian, berhias, gunting kuku.
3. Berikan pujian untuk setiap respon pasien yang
positif
|
|||
5. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri
secara mandiri
|
Dalam kali inetraksi pasien melaksanakan praktek
perawatan diri secara mandiri:
|
|
|||
6. Keluarga memahami masalah yang dialami
pasien
|
Dalam kali interaksi keluarga dapat menjelaskan
masalah yang dialami pasien:
|
5. Diskusikan dengan keluarga:
|
|||
7. Pasien medapatkan dukungan keluarga
untuk meningkatkan perawatan diri
|
|
Diskusikan dengan keluarga:
|
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standart Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Bandung: RSJP.
Townsend M.C. 1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri; pedoman untuk
pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC
…………..Pelatihan Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Jiwa. Semarang. 20 – 22 Novembr 2004. unpublished
Tidak ada komentar:
Posting Komentar