Selasa, 23 Desember 2014

Pantun

Pantun Nasihat (1)
jalan jalan bertemu ayam kalkun
ayam kalkun berwarna cerah
jadi anak belajar dengan tekun
agar masa depan lebih cerah



Pantun nasihat (2)
burung dara burung merpati
selalu hinggap diatas dahan
jika janji tidak ditepati
kita akan dijauhi teman

Puisi Ibu

Ibu

Kau selalu bersamaku
Dikala senang maupun sedih
Walaupun hatimu selalu ku sakiti
kau tetap sabar menghadapiku
kau tak memperdulikan dirimu
walau kau sakit,,, kau lelah
kau tetap tersenyum dihadapanku
kau seperti bulan purnama
yang selalu menyinari bumi ini
kau tak membeda bedakan satu sama lain
lewat puisi ini...
kau akan mengungkapkan
aku sayang padamu
senyummu adalah tambahan semangatku...




BAHAYANYA ASAP PEMBAKARAN

BAHAYANYA ASAP PEMBAKARAN GERABAH BAGI KESEHATAN DAN LINGKUNGAN DALAM JANGKA PANJANG
Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia terdapat dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Tembikar. Gerabah menurut Oka, I.B., (1979 : 9) juga disebut keramik rakyat, karena mempunyai ciri pemakaian tanah liat bakaran rendah dan teknik pembakaran sederhana. Asap adalah suspensi partikel kecil di udara (aerosol) yang berasal dari pembakaran tak sempurna dari suatu bahan bakar terdapat dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Asap.
Berasal dari tanah liat tersebut yang kemudian dibuat menjadi berbagai macam bentuk aneka macam, misalnya tungku, kendi, patung, dan lain sebagainya. Proses pembuatan gerabah ini sebenarnya sangat mudah dan sangat sederhana, karena hanya memerlukan keterampilan tangan, ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Namun, para pengrajin gerabah memerlukan kreativitas dalam pembuatan gerabah.
Proses pembuatan gerabah terdapat beberapa cara yaitu membentuk tanah liat, tanah liat dibentuk sesuai dengan keinginan pengrajin kerajinan gerabah. Setelah gerabah terbentuk, gerabah dijemur agar gerabah kering dan lebih keras. Setelah gerabah itu kering, gerabah tersebut dibakar. Pembakaran gerabah ini biasanya dilakukan pada sore hingga malam hari. Pembakaran gerabah ini dibakar sampai gerabah berwarna coklat kemerah-merahan. dan langkah terakhir pengecatan agar gerabah memiliki daya tarik yang lebih tinggi.
Para pengrajin gerabah yang akan melakukan pembakaran gerabah biasanya menggunakan sampah, daun-daun yang sudah kering, misalnya jerami, kayu bakar, dan bahan-bahan lain, seperti pelepah pisang, daun kelapa kering, dan sebagainya. Saat pembakaran gerabah tersebut berlangsung, akan menghasilkan sisa-sisa  pembakaran. Sisa-sisa inilah yang akan menghasilkan asap hitam yang pekat.
Asap ini menjadi dampak secara langsung yang dirasakan oleh warga sekitar. Asap ini biasanya akan membuat jarak pandang orang lain akan menjadi lebih dekat, iritasi mata, iritasi kulit dan akan terganggu sistem pernapasaan apalagi mereka yang sudah mempunyai riwayat penyakit pernapasaan dan paru paru. Memang efek asap ini mungkin tidak langsung terasa oleh para pengrajin gerabah saat pembakaran gerabah secara langsung, ini pastinya akan merugikan dirinya sendiri.
Bahayanya dalam jangka waktu yang panjang bagi kesehatan adalah akan terkena penyakit infeksi saluran pernapasaan. Infeksi saluran pernapasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun saluran pernapasan, mulai dari hidung, faring (tenggorokan), kotak suara (laring), bronchi, dan paru. Penyakit yang biasanya banyak dijumpai adalah batuk,  penyempitan saluran pernapasan, asma, sesak napas, bronkitis kronis, kanker paru, dan masih banyak yang lainnya.
Batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu, asap ,  dan sebagainya. Penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini menjadi penyabab asma dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
Asap juga dapat menimbulkan penyakit yaitu asma. Seseorang yang sudah mempunyi riwayat penyakit asma ini akan mudah kambuh jika sering menghirup asap pembakaran tersebut. Asap juga dapat menyerang seseorang yang tidak mempunyai riwayat penyakit pernapasan ini. Selain asma seseorang yang melakukan pembakaran dan menghirup asap secara terus menerus juga dapat terkena penyakit bronkitis kronis.
Bronkitis kronis adalah penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan batuk berdahak paling sedikit selama tiga bulan berturut-turut setidaknya dalam dua tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh peradangan saluran pernafasan di paru-paru (pipa bronkus) yang mengakibatkan timbulnya peradangan dan produksi lendir yang berlebihan terdapat dalam http://www.persify.com/.
Kanker paru paru dapat menyerang seseorang yang melakukan pembakaran. Kanker paru-paru  menurut Ilmu Penyakit Dalam, 2001 adalah  pertumbuhan  sel-sel  kanker  yang  tidak  dapat  terkendali dalam  jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan. Kanker ini yang paling berbahaya dari semua jenis kanker. Resiko lain dapat membuat pertahanan tubuh menjadi tidak baik yang akhirnya membuat tubuh rentan terserang berbagai penyakit. Bahkan dapat mengakibatkan komplikasi saluran pernapasan pada seseorang yang melakukan pembakaran.
Tidak hanya para pengrajin saja yang menerima bahaya asap hitam pekat yang dihasilkan oleh pembakaran gerabah tersebut, melainkan para warga disekitarnya pembakaran juga akan menerima dampak asap hitam pekat yang diakibatkan oleh pembakaran gerabah.
Selain kesehatan fisik juga dapat menyerang kesehatan psikologis atau mental seseorang. Asap memicu penyakit mental seseorang , seperti seseorang tersebut mudah marah. yang terkena bahaya akibat asap pembakaran ini adalah lingkungan. Lingkungan ini dapat terpengaruh dengan adanya asap pembakaran, biasanya saat pembakaran berlangsung langit akan terlihat menjadi lebih gelap.
Pembakaran yang menghasilkan asap hitam pekat ini akan mengakibatkan pencemaran udara, tanaman disekitar pembakaran biasanya menjadi layu dan dedaunan berubah menjadi kecoklatan. Suasana lingkungan juga menjadi berdebu dan tidak sehat. Dalam jangka waktu panjang akan mengakibatkan global warming (pemanasan global), dan penipisan lapisan ozon.
Mereka walaupun sudah mengetahui bahaya disaat para pengrajin gerabah akan melakukan pembakaran, mereka tidak memfikirkan bahaya dalam jangka waktu yang panjang tersebut, disaat mereka menghirup asap pembakaran tersebut. Biasanya mereka tetap tidak menggunakan alat perlindung diri walaupun mengetahui bahayanya, karena mereka merasa tidak terbiasa menggunakan alat perlindung diri, misalnya masker atau alat pelindung hidung yang lainnya. Karena mereka kadang-kadang sudah biasa melakukan pembakaran sehingga sudah terbiasa menghirup asap hasil pembakaran gerabah.
Disaat melakukan pembakaran, para pengrajin seharusnya memikirkan kesehatannya dalam jangka panjang juga harus memikirkan kesehatan disekitarnya. Mereka sebagai pengrajin gerabah yang akan melakukan pembakaran gerabah tersebut sebaiknya menggunakan alat perlindung diri, seperti masker atau alat pelindung hidung yang lainnya. Sehingga mereka saat melakukan pembakaran, tidak akan terkontaminasi atau menghirup asap hitam pekat yang berterbangan masuk ke dalam tubuh pengrajin khususnya dan para warga sekitar pada umumnya yang disebabkan oleh hasil pembakaran gerabah.

LAPORAN OBSERVASI TEKANAN DARAH AKIBAT TERPAPAR DINGIN

LAPORAN OBSERVASI
TEKANAN DARAH AKIBAT TERPAPAR DINGIN







Disusun Oleh :
Diana Anjar Sari (P07120214006)



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN D-IV KEPERAWATAN
2014


A.    LANDASAN TEORI
Mekanisme perkembangan hipertensi esensial yang diketahui sampai sekarang melalui:
1.                  Vasokonstriksi yang terlalu sering dan/atau terlalu lama disebabkan oleh jawaban sistem saraf simpatis yang berlebihan terhadap pacuan dari luar.
2.                  Vadokonstriksi karena tertimbunnya ion Ca didalam sitoplasma otot polos pada tunika media akibat kelainan membran.
3.                  Hipervolemi yang disebabkan oleh kelaikan ginjal genetik yang meretensi ion Ca dan air. Hipervolemi menyebabkan naiknya curah jantung sehingga menaikkan TD. Kenaikan TD akibat hipervolemi akan menekan dinding pembuluh darah (menaikkan tekanan transmural) sehingga secara miogenik otot pembuluh darah akan berkontraksi. dengan demikian akan terjadi vasokonstriksi.
Kedua hal tersebut makin lama akan mengakibatkan hipertrofi otot polos di tunika media sehingga dinding aasa menjadi lebih tebal. Jika vasa dengan dinding ini berkontraksi maka tingkat pengecilan lumen menjadi lebih besar sehingga lumen pembuluh darah menjadi lebih kecil dari pada kalau dinding vasa tidak tebal pada tingkat kontraksi yang sama. Akibat vasokontraksi yang tebal adalah kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding yang tidak tebal.
Vasokontraksi pada umumnya dapat ditimbulkan secara refleks dengan memasukkan satu tangan ke dalam air dingin. Kalau hal ini menyebabkan kenaikan TD yang tinggi berarti:
1.      Saraf simpatis mengadakan jawaban yang berlebihan
2.      Dinding pembuluh darah sudah mulai menebal yang menandakan adanya permulaan hipertensi
Kedua hal ini dapat menerangkan terjadinya hipertensi yang manifes dikemudian hari.
Percobaan ini dinamakan cold pressure test. Menurut Hines (1940) cit. Best & Taylor (1961),  jika pada percobaan ini tekanan diastole naracoba naik 20 mmHg atau lebih maka ia termasuk hipereaktor. Kalau kenaikan kurang dari 10 mmHg termasuk hiporeaktor.

B.     TUJUAN
a.       Tujuan Praktikum
Mahasiswa memahami proses mekanisme perkembangan hipertensi esensial
b.      Tujuan Khusus
Mahasiswa memahami perbedaan efek vasokontriksi pada orang yang secara genetik (berbakat) akan mengalami hipertensi atau sudah dalam proses hipertensi

C.    BAHAN DAN ALAT
a.       Tensimeter
b.      Stetoskop
c.       Waskom isi air es
d.      Handuk kecil
e.       Kursi
f.       Meja
g.      Stopwatch
h.      Alat Tulis

D.    CARA KERJA
a.       Ukur tekanan darah naracoba sebelum tangan naracoba direndam dalam air es.
b.      Rendam tangan naracoba dari telapak tangan sampai dengan siku.
c.       Hitung lama bertahan dalam perendaman dalam air es.
d.      Ukur tekanan darah naracoba setelah tangan naracoba diangkat dari waskom. Ukur tekanan darah naracoba dengan posisi badan berdiri, duduk , dan berbaring
e.       Catat Hasil pengukuran



E.     HASIL OBSERVASI

a.       Hasil Observasi I
LEMBAR OBSERVASI

Tanggal      :  18  November 2014
Nama         : Diana Anjar Sari

Subjek
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
Nama
Chaca
Dina
Dedi
Devi
Dhea
Diana
Eka
Endah
Ety
Haffisa
Usia
18
20
18
17
19
19
18
18
19
18
Jenis Kelamin
P
P
L
P
P
P
P
P
P
P
BB
44
50
52
45
47
46
47
39
54
55
TB
159
157
169
154
157
165
154
154
161
154
Tensi Awal
100/70
80/50
110/60
110/70
110/70
110/70
110/80
100/80
110/90
100/70
Waktu (menit)
7’
9’
7’
7’
1’
5’
7’
6’
8’
7’
Tensi Akhir
Berdiri
110/70
110/70
100/70
110/90
110/80
120/90
90/70
110/70
100/70
110/80
Duduk
120/70
110/50
100/70
110/80
100/70
120/80
90/70
110/70
100/70
110/80
Berbaring
100/60
90/60
90/60
100/60
100/60
110/80
90/70
110/70
110/80
110/70

Perbedaan Tekanan Darah Diastole naracoba:
I.                   Chaca
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        :  0 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        :  0 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   :   <10 mmHg

II.                Dina
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        :  >20 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        :  0 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   :  >10 mmHg

III.             Dedi
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        :  >10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        :  >10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   :  0 mmHg

IV.             Devi
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        :  >20 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        :  >10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   :  <10 mmHg

V.                Dhea
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        :  >10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        :  0 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   :  <10 mmHg

VI.             Diana
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        :  >20 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        :  >10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   :  >10 mmHg

VII.          Eka
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        :  <10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        :  <10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   :  <10 mmHg

VIII.       Endah
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        :  <10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        :  <10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   :  <10 mmHg

IX.             Ety
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        :  <20 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        :  <20 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   :   <10 mmHg

X.                Haffisa
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        :  >10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        :  >10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   :  0 mmHg

b.      Hasil Observasi II

LEMBAR OBSERVASI

Tanggal      : 23 November 2014
Nama         : Diana Anjar Sari

Subjek
I
II
III
IV
V
Nama
Entika
Windy
Feri
Sholikhah
Parjio
Usia
11
14
13
29
48
Jenis Kelamin
P
P
L
P
L
BB
28
35
35
48
65
TB
135
140
150
155
165
Tensi Awal
100/80
110/80
110/80
110/70
110/90
Waktu (menit)
6’
5’
7’
5’
5’
Tensi Akhir
Berdiri
100/70
120/90
110/90
120/70
110/80
Duduk
100/60
110/80
110/80
120/70
100/70
Tidur
90/70
120/80
110/90
110/70
100/70

Perbedaan Tekanan Darah Diastole naracoba :
I.                   Entika
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        : <10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        :  <20 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   :  <10 mmHg

II.                Windy
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        :  >10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        :  0 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   :  0 mmHg
  
III.             Feri
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        :  >10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        :  0 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   :  >10 mmHg

IV.             Sholikhah
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        : 0 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        : 0 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   : 0 mmHg

V.                Parjio
Tensi awal – Tensi Akhir saat berdiri        :  <10 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat duduk        :  <20 mmHg
Tensi awal – Tensi Akhir saat berbaring   :  <20 mmHg

F.      KESIMPULAN

Dari observasi I dan II ada beberapa naracoba setelah direndam dalam air es terdapat beberapa naracoba tekanan darah diastole naik, turun maupun tetap , tetapi menurut teori, tekanan darah diastole setelah direndam dalam air es akan mengalami kenaikan. Jika tekanan darah darah naracoba tersebut penurunan, maka kemungkinan yang terjadi adalah kesalahan saat dilakukannya pengukuran tekanan darah diastole naracoba, waktu perendaman ke dalam air es, ataupun kondisi fisik naracoba setelah dilakukan perendaman dalam air es.